Blog ini berisi tulisan dan artikel menarik seputar Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Psikologi serta Dunia Kerja.
Mari berbagi ilmu dan pengalaman anda di sini!

Monday, September 28, 2015

Memahami Tes Pauli

Sebelum lebih jauh membahas tentang tes Pauli yang dilakukan dalam rekrutmen, ada baiknya kita memahami tujuan dari Psikotes. Psikotes adalah suatu metode yang digunakan untuk dapat memotret kepribadian seseorang untuk tujuan tertentu. Mengapa kepribadian perlu dipotret? Tentu saja hal ini penting agar suatu perusahaan tidak ‘membeli kucing dalam karung’. Apa tujuan dilakukannya psikotes? Bisa untuk keperluan rekrutmen, bisa untuk mengetahui bakat, atau mengukur kompetensi seseorang. 
Manusia adalah makhluk hidup yang sangat kompleks dari mulai segi fisik dan nonfisiknya. Salah satu jalan untuk ‘menebak’ manusia dari segi mental adalah melalui psikotes. 

Namanya tebak-tebakan, belum tentu 100% akurat. Itulah sebabnya psikotes dibuat secara teliti dan rumit, tujuannya agar tebakan assessor kepada individu tersebut terjawab dengan benar seoptimal mungkin. Tentu saja kemampuan seseorang tidak bisa 'dipotret' sekali jadi. Tidak ada alat ukur psikotes yang bisa memotret semua aspek kepribadian seorang manusia dengan sempurna. Setiap alat psikotes mempunyai kelebihannya sendiri-sendiri. Ibarat kamera, ada perbedaan antara kamera DSLR atau kamera analog dalam memotret gambar, dilihat dari segi ketajamannya, warna nya, atau kemudahan penggunaannya.

Beda jenis kamera, beda pula ketajaman gambarnya.

Begitu pula dengan psikotes. Setiap alat tes memiliki keunggulan masing-masing untuk memotret ‘segi’ tertentu dari mental manusia. Kali ini kita akan membahas alat tes Pauli.

Alat tes Pauli adalah penyempurnaan dari alat tes Kraeplin yang diciptakan oleh Emil Kraeplin di akhir abad 19 dengan tujuan untuk mendiagnosa gangguan otak seperti Demensia dan Alzeimer. Tes Pauli dibuat oleh Richard Pauli dkk pada tahun 1951 dengan metode yang lebih kompleks sehingga meningkatkan validitas dan realibilitas alat ukur kraeplin.

Pada sekarang ini alat tes pauli merupakan alat tes yang sangat populer digunakan oleh kalangan praktisi psikologi untuk mengukur beberapa aspek mental manusia. Alat tes ini mampu mengukur : 
  • Aspek ketekunan (daya tahan) - Tes ini mampu menguji seberapa tangguh seseorang mengatasi masalah yang kompleks dan ambigu, dalam waktu yang terbatas, dan bagaimana tingkat stabilitasnya.
  • Aspek motivasi - Tes ini mampu mengukur kemauan dan motivasi seseorang ketika melakukan hal-hal yang rumit dan khusus
  • Aspek Emosi - Tes ini mengukur kemampuan seseorang untuk mengelola emosi dan mengendalikan diri ketika sedang dalam keadaan underpressure.
  • Aspek penyesuaian - Tes ini dapat digunakan untuk mengukur kecepatan seseorang dalam menyesuaikan atau beradaptasi dengan sesuatu yang mungkin benar-benar baru.
  • Aspek stabilitas diri - Tes ini mampu mengukur kualitas stabilitas kerja seseorang dari waktu ke waktu.


Itulah mengapa kebanyakan perusahaan menggunakan alat ukur ini dalam kegiatan recruitment karena tingkat validitasnya cukup tinggi dari masa ke masa dibandingkan alat ukur kemampuan lainnya yang melibatkan budaya-budaya/ latar belakang tertentu dalam menjawab persoalan. Alat ukur ini hampir bisa dipergunakan oleh semua kalangan berpendidikan dari latar belakang manapun.

Situasi Psikotes yang diikuti oleh berbagai kalangan dan latar belakang individu.

Bagaimana pengerjaan tes ini? 

Seperti yang kita ketahui, tes ini memerlukan alat bantu khusus yang hanya dimiliki oleh kalangan Psikolog. Alat tes ini tidak dijual bebas dan hanya dikeluarkan oleh Psikolog yang bertanggung jawab di bidangnya. Pada dasarnya alat ukur ini sangat sederhana, hanya membutuhkan kemampuan berhitung dan mendengarkan instruksi. Oleh karena itu hampir semua orang yang mampu menulis dan menghitung akan dapat mengerjakan tes ini. 
Secara umum saya gambarkan alat ukur tersebut terdiri atas banyak angka-angka, dan tugas subjek hanyalah menjumlahkan setiap dua buah angka, dan menuliskan jawabannya. Namun kepada setiap orang akan diberikan batas waktu tertentu untuk dapat mengerjakan tugas ini sebanyak-banyaknya dan seteliti mungkin. Oleh karena itu desain pembuatan alat bantu tes ini juga dibuat seoptimal mungkin agar subjek dapat mengerjakan dengan cepat.

Mengapa harus sebanyak-banyaknya? Hal ini akan mengukur seberapa besar kemampuan kita dalam mengerjakan tugas yang banyak.
Mengapa harus seteliti mungkin? hal ini akan mengukur seberapa baik kualitas kita dalam mengerjakan suatu pekerjaan. 

As simple as that.

Apakah ada trik khusus dalam mengerjakan alat tes ini?
Tidak ada. 
Semua orang akan dapat mengerjakan tes ini dengan baik selama ia mendengarkan instruksi dari asesor. Perihal batas minimal hasil kerja, hal itu sangat tergantung dari tujuan dilakukannya tes ini. Apabila tes ini hanya digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang, tentu tidak ada istilah batas lolos dan tidak lolos. 
Ibarat sebuah potret wajah, tidak ada potret wajah yang lolos atau tidak lolos, semua potret wajah itu baik, tergantung untuk keperluan apa potret wajah itu dibuat. Namun, bila potret wajah dicetak untuk kepentingan rekrutmen agensi model, tentu wajah itu harus mulus, putih bersih dan tak bernoda.

Untuk rekrutmen perusahaan sendiri, hal tersebut tergantung kebutuhan posisi di perusahaan itu. Tentu posisi jabatan seorang Petroleum Engineer menuntut ketelitian dan mampu mengerjakan tes pauli lebih banyak dari pada seorang cleaning service. See the difference?

Bagaimana pemeriksaan tes pauli oleh Asesor?

Banyak yang bertanya mengenai metode yang dilakukan psikolog untuk memeriksa pengerjaan tes ini. 

Apakah kami memeriksa hasil penjumlahan? Ya.
Apakah kami memeriksa ada penjumlahan yang terlewat? Ya.
Apakah kami memeriksa kejelasan penulisan angka-angka oleh subjek? Ya.

Para psikolog dilatih untuk dapat memeriksa hasil pengerjaan tes seoptimal mungkin. Karena validitas sebuah alat tes tidak akan lepas dari kemampuan asesor dalam memberikan penilaian yang objektif dan reliable. Seberapa kecilpun anda mencoba untuk membuat kecurangan dari pengerjaan tes ini, seorang asesor yang cermat dan berpengalaman akan dapat mengetahuinya. Oleh karena itu kerjakanlah tes ini seoptimal mungkin, sebaik-baiknya sesuai dengan metode yang hanya diinstruksikan oleh asesor. Para psikolog juga tentu telah memiliki alat bantu dan sistem yang dapat memetakan laporan kepribadian dengan akurat.

Sebagai praktisi psikologi saya tidak dapat memberitahukan bagaimana cara alat tes ini diperiksa. Begitu banyak blog di luar sana yang menjelaskan hal itu bila anda benar-benar ingin tahu. Hal itu terserah kepada anda, mau memotret diri anda dengan kamera yang tajam dan akurat, atau anda ingin membuat potret diri anda penuh editan photoshop sehingga membuat orang lain tidak bisa mengenal diri anda lagi. :D 

Real Picture vs Photoshopped Picture :D


Sunday, September 27, 2015

Cara membuat Curriculum Vitae yang Baik

Curriculum Vitae atau yang lebih sering kita kenal dengan CV atau Riwayat Hidup adalah salah satu hal yang sangat penting dalam proses rekrutmen. Tidak hanya proses rekrutmen, hal ini juga bisa dijadikan sebagai dasar perusahaan untuk memasukkan anda ke posisi yang tepat. Oleh karenanya pembuatan CV harus kita perhatikan dengan baik. Tapi sebelum masuk ke pembahasan cara pembuatan CV yang tepat, ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan sebelum membuat CV.
CV is the main representation of yourself on a sheet of a paper. Meskipun sulit untuk merepresentasikan diri kita pada selembar kertas, namun hal itu harus kita usahakan sebaik mungkin.

1. Perhatikan Profil Perusahaan
Perusahaan tertentu mungkin akan menjadikan bentuk/ content CV sebagai hal yang penting dalam proses rekrutmen mereka. Namun ada juga perusahaan yang tidak terlalu peduli dengan hal itu dan lebih concern ke requirement yang dibutuhkan masing-masing orang. Namun tidak ada salahnya untuk memperhatikan hal ini.
Untuk perusahaan yang bergerak di bidang design atau advertising misalnya, sebagai calon karyawan tentu dibutuhkan kemampuan design yang menarik. Oleh karena itu lebih tepat kalau kita memberikan 'nilai lebih' di CV kita dengan cara memasukkan unsur design di dalamnya.

Contoh CV Graphic Designer

Namun, bila perusahaan yang anda minati tidak membutuhkan skill design yang luar biasa, atau bahkan anda hanya apply CV untuk menjadi seorang administrator yang membutuhkan kepribadian yang teliti dan cakap mengetik, maka anda cukup memberikan CV dengan tampilan flat, jelas dan padat.
Contoh tampilan CV yang sederhana


2. Perhatikan posisi yang akan anda lamar
Posisi yang akan anda lamar sangatlah penting. Hal ini akan menunjukkan kemana minat dan kompetensi anda seharusnya berada. Namun di era persaingan kerja yang sangat besar ini memang hal ini sulit dilakukan. Banyak orang yang melamar kerja tidak sesuai dengan latar belakang atau pengalaman kerjanya.
Perhatikan posisi yang anda lamar

Terkait dengan CV, hal ini berkaitan dengan kemampuan apa yang anda miliki yang harus dicantumkan dalam CV. Misalnya, untuk menjadi seorang customer service artinya anda harus menyantumkan kelebihan diri anda yang sesuai dengan seorang customer service, contohnya : supel, teliti, customer focused, dll. Hal ini dapat dibuktikan dengan bukti lainnya misalnya pernah tergabung dalam kegiatan tertentu yang mendorong anda harus berhubungan dengan orang banyak atau menjadi seorang problem solver.


3. Tidak lebih dari 3 halaman
Sebuah CV idealnya tidak melebihi 3 halaman. Pernah suatu hari saya pernah menemukan berkas lamaran yang sangat tebal, melebihi 5 halaman belum lagi lampiran-lampiran di belakangnya. Jangan membuat recruiter merasa repot harus membaca semua pengalaman-pengalaman anda yang luar biasa. Hal tersebut bukannya memberikan nilai tambah, tapi memberi kesan negatif pada HR karena anda dinilai sebagai orang yang berlebihan.

Jangan berlebihan dalam mengirim aplikasi/ lamaran kerja

Berikan summary yang singkat, padat jelas dan tidak perlu mencantumkan hal-hal yang tidak penting diluar kebutuhan posisi yang anda lamar. Lampirkan 2-3 sertifikat pendukung yang bisa membuat nilai lebih bagi anda untuk dilihat oleh recruiter. Lebih dari itu cukup disimpan dan dibawa pada saat interview saja.


4. Cantumkan Surat Pengantar/ Cover Letter

Terkadang hal ini sering dilupakan oleh para pencari kerja. Cover letter atau surat pengantar adalah surat yang berisi tentang maksud kita memberikan CV tersebut. Cantumkan maksud anda mengapa mengirim surat, mengapa anda qualified untuk menempati posisi tersebut dan apa harapan anda setelah recruiter membaca surat itu. Isinya harus singkat padat dan tidak bertele-tele. Apabila anda mengirim aplikasi/ lamaran lewat e-mail, cover letter ini dapat diketik di dalam e-mail tersebut dan tidak perlu lagi dilampirkan di file yang berbeda.

Lamaran yang berkualitas adalah lamaran yang dapat merepresentasikan diri anda didepan recruiter meskipun belum pernah bertemu sama sekali dengan anda. Buatlah representasi diri anda sebaik-baiknya dan memperlihatkan bahwa anda pantas untuk diterima dan menempati posisi tersebut.

Thursday, September 24, 2015

Masih haruskah masuk kuliah?

Beberapa hari yang lalu diberitakan ada sebuah Yayasan pendidikan di Jakarta melakukan wisuda massal kepada ratusan mahasiswanya. Namun setelah dilakukan wawancara kepada beberapa mahasiswanya diketahui bahwa mereka tidak tahu mereka melakukan proses pendidikan di kampus apa, nilai IPK nya yang belum jelas bahkan mata kuliah yang dipelajari pun tidak jelas. Bagaimana bisa terjadi seperti ini?
Beberapa mahasiswa mengaku pembelajaran dilakukan secara online dan kemarin hanya melakukan selebrasi wisuda. Memang pembelajaran jarak jauh merupakan hal yang legal namun tentu harus memiliki standard yang jelas dari Dikti sehingga seluruh progres pembelajaran mahasiswa harus dapat dimonitor oleh setiap individu. Kegiatan pembelajaran yang fiktif seperti ini memungkinkan bagi setiap orang untuk melakukan jual-beli ijazah.

Prosesi Wisuda Kuliah Abal-abal

Sangat disayangkan bila makna pembelajaran sudah dianggap sepele oleh sebagian orang sehingga kualitas pendidikan di Indonesia semakin menurun. Perlu adanya definisi ulang mengenai prinsip dasar pendidikan tinggi di Indonesia. Saat ini proses pendidikan dianggap sebagai hal yang tidak penting sehingga pelaksanaannya dianggap sebagai formalitas saja. Kebanyakan orang seperti ini menganggap bahwa ijazah adalah hal yang paling utama. Target oriented but forgetting the process.

Perlu dikaji ulang mengapa titel, dalam hal ini ijazah, lebih penting bagi mereka dari pada ilmu itu sendiri. Kebanyakan orang di Indonesia senang memiliki gelar di belakang namanya. Entah itu bagian dari prestige atau memang budaya kita saat ini yang mendesak mereka untuk memiliki titel tersebut. Kebanyakan perusahaan saat ini memiliki persyaratan harus menyandang gelar sarjana tertentu agar dapat bekerja di perusahaannya. Belum lagi rekrutmen pegawai negeri sipil, atau kenaikan golongan yang seringkali mensyaratkan adanya ijazah untuk proses administrasinya.  Bagi orang-orang tertentu hal ini jadi ladang bisnis, dengan memperjualbelikan ijazah, bagi sebagian orang lainnya menjadi shortcut agar dapat mendapatkan gelar dengan mudah dan cepat.

Padahal tingkat pengangguran di Indonesia semakin lama semakin bertambah, di tahun 2015 ini terdapat 5,8 persen dari tenaga kerja di Indonesia yang menganggur (Badan Pusat Statistik, 2015) atau kurang lebih 7,5 juta orang. Kebutuhan untuk bekerja di perusahaan orang lain masih menjadi mimpi kebanyakan orang di Indonesia. Penilaian masyarakat tentang orang yang 'bekerja' lebih positif dari pada tentang orang yang menciptakan lapangan kerja sendiri, atau berwirausaha. Budaya berwirausaha atau menciptakan peluang sendiri memang dirasakan belum kuat mewarnai perekonomian di Indonesia. Tak heran, kebutuhan memegang ijazah menjadi sangat besar bagi setiap orang. Masyarakat menganggap dengan berkuliah dan memegang ijazah, hal tersebut dapat memperbesar peluang untuk sukses untuk memiliki pekerjaan yang baik. Padahal, semakin besar orang berlomba-lomba bekerja, tanpa adanya peningkatan kebutuhan tenaga kerja, semakin sedikit pula peluang untuk bekerja di Indonesia.

Beberapa minggu yang lalu saya sempat menonton film dokumenter di HBO berjudul Ivory Tower. Film ini menceritakan tentang bagaimana budaya perkuliahan di Amerika mempengaruhi sebagian besar remajanya saat ini. Ternyata biaya kuliah yang semakin lama semakin mahal tidak serta merta merubah kesempatan para fresh graduate untuk dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan. Bahkan, untuk segelintir golongan yang memiliki tujuan tertentu, gelar tidak dianggap sebagai suatu hal yang paling penting lagi. Lihat bagaimana orang-orang yang Drop Out dari kampus malah bisa menjadi semakin sukses dengan kemampuannya sendiri. Just mention it : Bill Gates dengan microsoft, Steve Jobs dengan Apple, atau bahkan Mark Zuckerberg dengan Facebook.

Bill Gates

Namun tentu anggapan seperti ini tidak bisa ditelan mentah-mentah, karena bagaimanapun juga, mereka yang sukses dan decided to leave college is extraordinary person. Mereka memiliki visi dalam hidupnya dan yakin dapat meraih mimpinya itu meskipun harus mengorbankan sesuatu hal yang sangat penting, yaitu kuliah.

Di Indonesia sendiri, contoh sosok yang sukses tanpa berkuliah dapat kita temukan. Sebut saja Bob Sadino, atau Andri Wongso. Tapi apakah semua orang bisa sehebat mereka hanya dengan meninggalkan kuliah? Tentu saja perlu tekad yang kuat dan pengorbanan yang bahkan jauh lebih besar dari pada orang-orang yang berkuliah. Semua itu hanya mampu diraih oleh extraordinary people yang mampu bangkit dan tumbuh tanpa harus 'dipupuk' oleh pendidikan formal di kuliah.

Jadi masih haruskah masuk kuliah?
Hal tersebut tentu kembali ke masing-masing individu. Sebelum melaksanakan kuliah dan lulus dari SMA, setiap siswa wajib memiliki visi hidup yang jelas mau ke mana ia akan memilih jalan hidupnya dan apa passion yang akan ia jalani sehingga apapun yang akan ia lakukan di masa depan tidak akan mengalami kebuntuan, and even when that happens, he will eventually get the way out of it because he has a clear path. 

Apapun jalan yang akan kita ambil, baik itu kuliah atau memutuskan untuk tidak kuliah, atau bahkan mengambil 'shortcut' seperti kasus kuliah abal-abal yang saya ceritakan di atas, semua hal tersebut harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Kuliah bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai kesuksesan, juga dengan tidak berkuliah, jangan sampai hal tersebut menutup jalan yang seharusnya luas terbuka bagi kita untuk mencapai visi hidup yang kita inginkan.

Hal yang paling penting dari sebuah pendidikan adalah bagaimana ilmu yang kita pelajari dapat bermanfaat bagi kita dan orang-orang di sekeliling kita, bukan ijazah maupun gelar yang hanya menjadi hiasan di belakang nama.



Saturday, September 19, 2015

Mudahnya Meningkatkan Kompetensi dengan Knowledge Sharing

Terlalu naif dan dangkal apabila suatu perusahaan hanya melalukan peningkatan kompetensi karwayan dengan melakukan training. Training atau pelatihan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, waktu yang cukup panjang, serta kontribusi karyawan yang cukup menyita perhatian. Sebetulnya cara untuk meningkatkan kompetensi bisa ditempuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah melalui kegiatan knowledge sharing yang terarah dan rutin.

Apa itu Knowledge Sharing?

Knowledge Sharing adalah kegiatan pengelolaan pengetahuan/ Knowledge Management di lingkungan perusahaan yang dilakukan dengan tujuan untuk menyebarkan informasi yang berguna dari individu yang satu ke individu yang lain dengan cara presentasi, diskusi, online sharing, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang disebarkan bisa berupa pengatahuan yang bersifat functional maupun umum. Di perusahaan besar sendiri biasanya telah ditentukan waktu-waktu tertentu agar dilakukan knowledge sharing dan pelaksanaanya bisa dimonitor dengan jelas.

Mengapa Knowledge Sharing penting?

Tidak seperti kegiatan peningkatan pengetahuan/ kompetensi yang lain, knowledge sharing merupakan kegiatan yang dapat dikatakan informal dan lebih  oleh setiap karyawan. Hal-hal yang dapat di-share juga tidak terbatas, bisa berupa pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan bisa juga tidak. Dengan sifat yang informal tersebut akan memudahkan karyawan untuk dapat secara hangat dan dekat dalam bertanya kepada rekan kerja, dan mereka dapat dengan mudah membagi pengalaman masing-masing dalam problem yang sedang dibahas, sekaligus memperoleh lesson learned yang tentunya akan bermanfaat bagi masing-masing orang ke depannya. 
Suatu situasi-- dalam hal ini pelajaran yang memiliki kedekatan dengan psikologisnya akan secara mudah diserap oleh seseorang dari pada sesuatu hal yang asing dan tidak 'menyenangkan' dalam penyampaiannya. Oleh karena itu, kegiatan Knowledge Sharing yang notabene dapat dikemas secara ringan dan menarik, akan secara mudah diserap oleh tim sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan secara tidak langsung.

Siapa yang dapat melakukan Knowledge Sharing?

Pada dasarnya semua orang dapat melakukan Knowledge Sharing selama ia memiliki pengetahuan yang dapat dibagikan kepada orang lain. Pengetahuan tersebut bisa termasuk lesson learned, troubleshooting, problem solving, dan lain sebagainya. Semua level jabatan memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan knowledge sharing, tidak melulu harus di level management atau bahkan top management. Bisa jadi level staff atau junior staff yang memiliki pengetahuan baru dan bermanfaat bagi kegiatan operasional perusahaan dapat melakukan knowledge sharing sehingga rekan-rekan kerja yang memiliki posisi yang sama dapat terbantu dan sama-sama dapat belajar dan meningkatkan semangatnya untuk bekerja.

Beberapa saat yang lalu di fungsi kami baru saja melakukan Knowledge Sharing tentang penggunaan software CorelDraw untuk membantu dalam membuat gambar info Broadcast yang menarik. Yang bertindak sebagai lead speaker adalah seorang yang memiliki level staff dan dengan kemampuannya yang cakap dalam menggunakan software maka orang tersebut merasa bahwa pengetahuan tentang penggunaan software ini sangat bermanfaat untuk 'ditularkan' kepada karyawan lainnya. Selain dapat digunakan untuk kepentingan fungsional, hal ini juga dapat digunakan untuk manfaat lain di luar kantor.

Sharing Knowledge di antara teman-teman kerja



Apakah manfaat knowledge Sharing?

Selain manfaat yang sudah dijelaskan di atas, terdapat manfaat lainnya yang dapat secara tidak langsung meningkatkan nilai tambah bagi karyawan antara lain :


  • Meningkatkan fungsi komunikasi antara teman kerja. 
  • Meningkatkan kemampuan berbicara di depan umum
  • Meningkatkan kerjasama dengan rekan kerja
  • Mempermudah karyawan dalam mengeksplorasi dan mengekspoitasi pengetahuannya sebagai bukti adanya peningkatan kompetensi di dalam dirinya, dan lainnya.


Kapan sebaiknya diadakan Knowledge Sharing?

Kegiatan ini dapat dilakukan paling sedikit sebulan sekali dengan lead speaker dan tema yang berbeda-beda. Better start it with a light knowledge, sehingga karyawan tidak menganggap kegiatan ini sebagai suatu hal yang berat atau bahkan sebagai 'pekerjaan tambahan'. Komitmen manager sangat dibutuhkan untuk menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan yang menyenangkan dan memotivasi.

Untuk memperoleh kualitas knowledge sharing yang baik tentu diperlukan knowledge management yang baik pula. Lebih bagus dibuat suatu media yang dapat menyimpan 'gudang pengetahuan' yang telah atau akan di-share dalam forum. Media tersebut bisa berupa sharing folder di jaringan kantor, atau website khusus yang menyimpan file-file yang berkaitan dengan kegiatan sharing knowledge tersebut. Hal ini sangat bermanfaat untuk karyawan yang akan me-review kembali materi yang sudah dishare.

Peningkatan kompetensi dan pengetahuan karyawan adalah suatu hal yang sangat penting bagi keberlangsungan proses bisnis suatu perusahaan. Dengan kualitas sumber daya manusia yang baik, perusahaan akan lebih kompeten untuk menerima perubahan dan beradaptasi dengan kemungkinan krisis yang akan terjadi di depan.