Blog ini berisi tulisan dan artikel menarik seputar Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Psikologi serta Dunia Kerja.
Mari berbagi ilmu dan pengalaman anda di sini!

Tuesday, October 27, 2015

2 Kunci Menjadi Atasan yang Dihormati

Kita tidak dapat memungkiri bahwa banyak atasan yang memiliki penilaian buruk di mata bawahannya. Biasanya atasan seperti itu yang membuat bekerja jadi tidak menyenangkan dan dirasakan menyedihkan, bawahan seperti itu akan selalu berfikir bahwa atasannya menyebalkan.
Namun bagaimana bila atasan tersebut sebetulnya bukan orang yang menyebalkan? Bagaimana bila sebenarnya ia sudah mencoba memberikan yang terbaik dalam bekerja dan tidak ingin bawahannya membenci dia, dan mungkin bawahannya yang tidak dapat memahami apa permasalahan sebenarnya. 

Sebenarnya, permasalahan tersebut dibagi atas dua kemungkinan, apakah atasan anda benar-benar 'bodoh' atau atasan anda berlaku 'tidak adil'. Namun, sebenarnya bawahan akan mudah memaafkan setiap atasan yang menyebalkan. Bawahan hanya ingin dipimpin oleh seseorang yang 'fair' dan kompeten.
Perilaku atasan yang buruk


Fair

Seseorang yang berlaku fair/ adil pasti berkaitan erat dengan kejujuran. Pimpinan tidak boleh memiliki permainan-permainan politik kantor yang merugikan bawahan. Semua bawahan harus diperlakukan sama, tidak ada bawahan favorit dan pastikan semua orang memiliki kewajiban dan tunduk pada aturan yang sama di dalam perusahaan, termasuk atasan. Bawahan akan merasa kecewa apabila melihat ada seseorang yang memiliki perlakuan berbeda di perusahaan, atau menggunakan kuasanya untuk bertindak di luar aturan perusahaan, termasuk juga apabila melihat atasan yang diberikan keistimewaan dan menggunakan jabatannya untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

Kompeten

Keberadaan kompetensi tidak mungkin dapat dibohongi. Terkadang hal ini yang sering terjadi pada banyak atasan. Kebanyakan atasan merasa sudah mengetahui banyak permasalahan dan merasa dapat menyelesaikan semuanya padahal mungkin sebenarnya kompetensi mereka belum mencukupi. Hal ini dilakukan untuk membuat mereka tetap dihargai oleh bawahan. Padahal, setiap pekerjaan teknis pada dasarnya akan dilakukan oleh bawahannya dan mereka yang tidak berkompeten akan menemui kesulitan untuk mempertanggungjawabkan kesalahan bawahannya itu. Atasan wajib bersikap jujur dalam menemui permasalahan yang berada di luar kemampuannya. Atasan bukanlah seseorang yang sempurna yang harus memiliki segalanya lebih dari bawahan.

Sumber : Psychology Today

Monday, October 26, 2015

Rahasia Sukses Karyawan Google dan Amazon : Bersyukur.

Google dan Amazon merupakan perusahaan yang bisa jadi memiliki banyak data pekerja dibandingkan dengan perusahaan modern lainnya. Keduanya memiliki kesamaan yakni memiliki pekerja yang banyak dan organisasinya hampir bisa disentuh di seluruh dunia. 
Dilakukan penelitian mengenai pekerja sukses yang bekerja di bawah perusahaan Google dan Amazon. Ternyata kesamaan diantara mereka adalah mereka termasuk orang yang bersyukur.
Karyawan yang senantiasa bersyukur atas pekerjaannya saat ini dinilai lebih sukses dan bahagia dibandingkan karyawan lain yang tidak memiliki sifat ini. Di perusahaan Amazon, mereka yang merasa dirinya 'beruntung' dapat bekerja dan memiliki kehidupan yang baik saat ini dinilai lebih sukses. Konsep yang sama, hanya berbeda kata.

Inti dari perasaan bersyukur ini adalah dapat melihat dunia sebagai tempat yang penuh dengan kesempatan. Orang yang bersyukur dapat melihat sisi baik dari setiap sisi kehidupan dan pekerjaannya. Bahkan ketika menemui kesulitan dalam pekerjaannya, orang-orang semacam ini tidak mudah stres karena melihat kesulitan sebagai peluang untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya.
Mindset seperti ini yang dapat kita kembangkan dalam kehidupan. Jennifer McCrea, seorang peneliti dari Harvard tengah mengembangkan pelatihan dengan anak-anak pada malam hari agar lebih meningkatkan rasa syukur kita setiap hari. Ia menyebutnya dengan SIM : Surprised, Inspired, and Moved.
Setiap hari luangkan waktu sendiri atau bersama rekan untuk mereflesikan diri mengenai apa yang mengejutkan kita, menginspirasi kita dan mendorong kita hari ini? Dengan menanyakan hal-hal tersebut kepada diri kita sendiri, hal ini dapat membuat kita lebih sadar dengan hal-hal kecil yang sebenarnya bermakna di kehidupan kita, yang seringkali tidak kita anggap sebagai suatu hal yang penting. Padahal, sesuatu yang patut disyukuri terkadang kita anggap bukanlah sesuatu hal yang besar tetapi sebenarnya sangat berarti bagi kita. Kebiasaan ini akan membuat kita menyadari tujuan dari segala hal yang terjadi tidaklah sia-sia. Apa yang kita dapatkan di dunia ini ternyata ada tujuannya. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu bersyukur sehingga dapat selalu berbahagia dan mencapai kesuksesan.

Sumber : Psychology Today


Tingkatkan Worklife Balance dengan cara-cara ini

Keseimbangan kehidupan pekerjaan dan kehidupan di luar pekerjaan sangat dibutuhkan untuk kualitas hidup yang baik. Namun banyaknya load pekerjaan dan minimnya waktu terkadang membuat kita saat ini tidak bisa menentukan sikap apa yang harus dilakukan untuk menemukan worklife balance.
Berikut cara-cara yang dapat kita lakukan untuk menemukan worklife balance

1. Take a break

Take a break time!

Tidak perlu merasa bersalah untuk melakukan istirahat sejenak di tengah-tengah pekerjaan. Menurut penelitian, setelah setiap 1 jam bekerja kita membutuhkan setidaknya 15 menit untuk beristirahat. Gunakan waktu istirahat ini dengan optimal tanpa mengganggu pekerjaan lainnya. Dengan rehat yang berkualitas akan meningkatkan kualitas kerja kita sehingga pekerjaan akan lebih mudah diselesaikan.
Anda dapat melakukan jalan sejenak di luar kubikel anda, sekedar menghirup udara segar di luar, atau membuat kopi di pantry.

2. Buatlah Pekerjaan Menjadi Lebih Efisien

Technology does help

Beberapa pekerjaan mungkin dapat dilakukan dengan lebih efisien apabila kita menggunakan sumber daya yang ada. Misalnya, tidak perlu menemui rekan kerja yang terlalu jauh (misalnya berbeda lantai) dalam menyelesaikan suatu permasalahan, anda bisa menggunakan telepon untuk tetap berkomunikasi, bisa juga menggunakan video call yang biasanya sudah disediakan oleh beberapa perusahaan. Selain menjadi lebih efisien, bekerja juga jadi lebih memudahkan kita. 

3. Hati-hati dengan Work Inertia


Kecenderungan untuk melakukan tugas terus menerus sampai selesai memang terkadang sangat menantang. Terutama untuk pekerja berkecenderungan perfeksionis, rasanya tidak puas apabila belum menyelesaikan semua tugas dalam satu hari. Namun hal ini dapat dihindari, selain berdampak pada kualitas kerja yang buruk, hal ini juga dapat mengganggu keseimbangan hidup anda di luar kerja dan membuat anda cepat lelah.


4. Tepat Waktu


Usahakan mengerjakan setiap hal tepat waktu. Dari mulai masuk kerja, waktu istirahat, dan waktu pulang. Tepat waktu membuat anda dapat mengerjakan lebih banyak hal lain di luar pekerjaan anda sehingga perhatian anda akan terbagi ke kehidupan nyata anda dari pada ke kehidupan kerja anda. Tidak perlu merasa bersalah apabila setelah bel pulang anda langsung pergi meninggalkan kantor apabila pekerjaan anda sudah selesai semua. Perusahaan membayar anda untuk bekerja sesuai waktu kerja yang diberikan. Di luar waktu kerja tersebut, anda berhak untuk mendapatkan kebahagiaan di bagian hidup anda yang lain.







Monday, October 5, 2015

4 Hal yang harus dihindari dalam Menjawab Pertanyaan Interviewer : 'Apakah anda pernah berbuat salah?'

Interview adalah tahapan rekrutmen yang umum dilakukan 

Interview merupakan tahapan rekrutmen yang hampir pasti dilakukan oleh setiap perusahaan. Menjaring informasi secara kualitatif melalui interview sangat membantu rekruter untuk menggambarkan secara spesifik perilaku kandidat pekerjanya di masa depan. Pertanyaan yang seringkali ditanyakan oleh rekruter adalah : "Apakah anda pernah berbuat kesalahan pada saat bekerja?"

Sebenarnya hal ini menjadi tricky bagi calon kandidat, karena apabila salah menjawab maka rekruter akan melihat anda tidak capable dalam mengerjakan tugas. Namun, seperti pertanyaan interview yang lain, hal ini harus dijawab dengan jujur dan bijak.
Berikut kesalahan yang mungkin terjadi dan tentunya harus dihindari dalam menjawab pertanyaan seperti ini :

1. Berbohong mengenai kesalahan di masa lalu
Kadang ada kandidat pekerja yang merasa tidak pernah berbuat salah dan ingin dilihat benar oleh rekruter sehingga ia mengada-ada dalam menjawab pertanyaan. Ingat, dengan berbohong hanya akan membuat anda menjadi lebih tenggelam dalam kesalahan, karena rekruter akan mengejar jawaban anda lebih spesifik lagi untuk menggambarkan perilaku anda di masa lalu.

2. Menyalahkan orang lain atas kesalahan
Hal ini sering terjadi karena anda tidak ingin dinilai sebagai penyebab utama terjadinya kesalahan. Padahal dengan menyalahkan orang lain, anda bisa jadi dinilai tidak bijak dalam menanggapi masalah, hal ini juga bisa mencerminkan kualitas relasi anda dengan teman kantor nantinya.

3. Menyalahkan perusahaan
Lebih buruk lagi, seorang kandidat bisa jadi menyalahkan perusahaan karena kesalahan yang diperbuatnya. Hal ini bisa dilihat sebagai kualitas anda beradaptasi dengan budaya baru yang lebih besar di luar kontrol anda. Bagaimanapun juga perusahaan adalah tempat anda bernaung, sudah seharusnya anda yang menempatkan diri dengan benar di posisi tersebut bukan menyalahkan perusahaan atas kondisi yang ada.

4. Tidak mau mengakui kesalahan pribadi atau tim nya.
Terkadang ada kandidat pekerja yang menjelaskan kesalahan dengan tidak jelas dan tidak mau mengakui kesalahan tersebut sebenarnya ada pada dirinya sendiri atau timnya. Perilaku seperti ini harus dihindari karena bagaimanapun juga rekruter ingin mengetahui sejauh mana anda dapat menyelesaikan suatu permasalahan agar dapat diketahui langkah apa yang akan anda ambil bila menemui permasalahan di masa depan.

Tujuan dilakukannya pertanyaan seperti ini oleh interviewer ialah untuk menganalisa perilaku konkrit seperti apa yang dilakukan oleh kandidatnya dalam menyelesaikan masalah. Hal ini bisa melihat aspek problem solving, komunikasi, resistensi, defense dan hal-hal yang tersembunyi lainnya dalam manusia. Namun hal ini tidak perlu dikhawatirkan, setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan namun hal yang terpenting ialah menjelaskan langkah yang sudah anda ambil untuk keluar dari permasalahan itu dengan bijaksana dan dapat mengakui kesalahan anda untuk dijadikan pelajaran berharga di masa depan.

Remember, experience is the best teacher, and it can't easily earned without something you pay.  

Are you fit for your job?


"Saya cocok gak sih sebenernya untuk kerja di sini?"
Kadang pertanyaan tersebut terbesit di benak para pekerja baru yang memulai karirnya di suatu perusahaan.
Pertanyaan tersebut muncul biasanya karena sudah mengalami beberapa kendala yang didapatkan di kantor atau tempat bekerja.
Ternyata, ada sedikitnya dua faktor yang menyebabkan kita menjadi cocok atau 'fitted in' dalam suatu pekerjaan. Dua faktor tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Person - Organization Fit.
culture mismatch

Personality - Organization fit (PO) adalah keadaan dimana kepribadian dari individu sesuai dengan karakteristik dari suatu organisasi. 
Keadaan ini memungkinkan seseorang untuk dapat beradaptasi dengan budaya yang ada di suatu perusahaan. Ingat, budaya berbeda dengan pekerjaan. Apabila kamu termasuk dalam pekerja yang PO, artinya kamu hampir selalu bisa beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan, situasi kerja dan budaya yang muncul di lingkungan perusahaan. Misalnya dari schedule/ waktu kerja, culture, cara berinteraksi, cara berpakaian dan hal-hal lain yang menjadi suatu kebiasaan dalam organisasi.
Seseorang yang fit dengan organisasi tempat bekerjanya, biasanya lebih mudah membawa perasaan dan situasi yang nyaman dalam bekerja. Hal ini dapat meningkatkan engagement terhadap perusahaan karena lebih mudah menyesuaikan dengan kebiasaan yang ada dalam diri kita.
For some people, it might be so hard. Ada orang-orang yang tidak bisa mengbah kebiasaan diri nya di rumah atau di kampus sehingga saat ia harus berada di lingkungan baru di mana dia harus mengubah kebiasaannya hal in menjadi sulit.

2. Person - Job fit

Salah satu hal yang sulit diperoleh dalam suatu pekerjaan adalah kecocokan kita dengan pekerjaan tersebut. Hal ini berkaitan dengan tugas yang harus dikerjakan, kecocokan kompetensi kita dengan pekerjaan itu, termasuk dengan cara kerja atasan kita untuk memberikan tugas-tugas pada kita. Hal ini menjadi syarat yang penting aga seseorang dapat bertahan di pekerjaannya itu. 

Sudahkah kita merasa cocok dengan kedua hal tersebut? Ataukah ada faktor lain di samping keduanya?

Salary maybe? 😄


Tidak semua orang harus cocok menempati posisi tertentu dalam suatu perusahaan

Sunday, October 4, 2015

Perusahaan dalam krisis, apa yang harus dilakukan HR?


Banyaknya lay off yang dilakukan oleh perusahaan besar akhir-akhir ini membuat keputusan yang sulit bagi top management untuk menyelamatkan nasib perusahaan. Data terakhir dari merosotnya harga minyak dunia, perusahaan-perusahaan raksasa di antaranya Schlumberger, Baker Hughes, dll seperti yang dilansir dalam fortune.com terpaksa merumahkan ribuan karyawannya untuk mengantisipasi kondisi keuangan perusahaan agar tetap sehat dan dapat berkelanjutan.

18 biggest company layoffs, Fortune.com 2015

Keadaan krisis seperti ini membutuhkan kerjasama yang baik di level management agar dapat tetap mengarahkan laju perusahaan dengan baik di jalannya. Namun, apa peran HR di kondisi seperti ini? Jangan sampai keberadaan HR hanya menjadi fungsi penunjang yang tidak dapat berperan besar dalam menyelamatkan aset-aset perusahaan, bila salah langkah, memPHK perusahaan bukannya membuat kondisi perusahaan membaik malah menjadikannya semakin buruk. Kadang pimpinan perusahaan perlu men-challange HR untuk bersikap dalam keadaan krisis seperti ini.

Peran utama HR pada dasarnya adalah harus bisa mempertahankan kelangsungan operasional perusahaan agar terus terjaga. Kegiatan operasional perusahaan yang sehat membutuhkan sumber daya manusia yang sehat dan saling menopang satu sama lain. Oleh karena itu HR team harus bisa mempertahankan talent terbaiknya agar tidak merusak kemampuan organisasi dalam menjalankan operasionalnya.

HR sebagai Strategic Management  
Peran HR bukan lagi sebatas personalia yang memandang pekerjaan hanya dari segi rutinitas dan sebatas manusia nya saja. Di beberapa teori mengenai Human Resource Capital, peran HR sudah melebihi dari urusan day to day activity, namun lebih ke dimensi strategic dan kesisteman. Hal ini lebih menguatkan peran HR untuk dapat menentukan ke mana arah perusahaan akan berjalan di masa depan. 
Re-aligning HR programs with company's targets

Dalam kondisi krisis, HR harus mampu menyelaraskan program-program dan rencana kerjadengan target perusahaan yang akan dicapai. Perlu peninjauan kembali prioritas kerja HR. Tentu dengan adanya krisis, perusahaan akan ditekan untuk menjadi lebih efektif dan efisien menjalankan program kerja selanjutnya, peran HR di sini adalah untuk menjembatani, mengontrol bahkan mengaudit kinerja perusahaan yang berhubungan dengan sumber daya manusia.

Time to boost the Competency 
Kondisi ini juga menjadi waktu yang tepat bagi HR untuk meningkatkan kompetensi pekerjanya dengan cara meberikan assignment baru yang lebih menantang dan menjadikan krisis sebagai ‘booster’ bagi setiap level pekerja agar lebih giat melakukan improvement. 
Sebagian orang akan mengeluarkan performa kerja yang terbaik apabila berada dalam suatu krisis (Schoen, 2013 dalam Psychology Today). Kondisi krisis bisa menjadi alasan yang cukup baik bagi perusahaan/ atasan untuk mereview kembali performa kerja para pekerjanya, serta menjadi timing yang tepat untuk memberikan special assignment bagi pekerja (baik yang low maupun high potential) sehingga pekerja bisa lebih optimal mengerjakan tugas dengan kemampuan terbaiknya.

New assignment, new competency, challenging quality, speed eficiency, reduce the cost.

Bagi sebagian orang, krisis tentu akan dilihat sebagai suatu fase yang mengerikan dan mematikan kinerja perusahaan, namun tim HR yang saat ini dituntut untuk lebih memegang dimensi strategic perusahaan, harus bisa menjadikan kondisi krisis sebagai fase bagi perusahaan untuk mengambil nafas baru. Waktu yang tepat untuk mereevaluasi, bahkan memutar nahkoda perusahaan yang tersesat menjadi ke arah yang lebih baik.