Banyak orang menganggap bahwa menjadi introvert itu salah, aneh dan tidak sepatutnya. Apalagi di kalangan professional. Benarkah itu?
Pada dasarnya, introversion adalah hanya salah satu saja bagian dari kepribadian manusia yang sangat luas. Introvert adalah salah satu kecenderungan kepribadian yang dimiliki seseorang terkait dengan keinginan keterbukaannya kepada dunia luar. Orang introvert lebih menyenangi 'inner world' dari pada 'outer world' nya, dan hal itu bukanlah sesuatu hal yang salah. Banyak orang menganggap bahwa introvert adalah suatu kekurangan. Padahal, apabila di-manage dengan baik, output perilaku yang keluar dari seorang introvert dapat sangat baik dan produktif. Bahkan, orang-orang yang ekstrovert bisa menjadi 'berbahaya' apabila tidak dilakukan kontrol diri yang baik. What I am trying to say is, semua jenis kepribadian memiliki karakteristik positif dan negatifnya masing-masing. Namun, pada posting ini kita akan titikberatkan di sisi baik seorang introvert.
Pada beberapa profesi atau pekerjaan yang menuntut kemampuan interpersonal yang baik, misalnya marketing, customer service, public relation dan sebagainya, kemampuan berhubungan baik dengan oranglain memang sangat penting. Hal ini dapat dicirikan dengan mudahnya seseorang bergaul dan 'mencairkan' diri dengan situasi yang ada. Orang awam menganggap bahwa hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang ekstrovert. Namun, sebelum membuat judgement demikian, perlu diketahui bahwa ekstr
oversion atau introversion berkaitan dengan 'kebutuhan' seseorang untuk berhubungan dengan dunia luar, bukan 'kemampuan' seseorang. Oleh karena itu, dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut, orang introvert juga dapat melakukannya dengan baik. Namun, pada orang-orang yang memiliki social anxiety (harap dibedakan dengan introvert) hal ini akan sulit dilakukan. Bergaul dan 'cair' dengan suasana tidak dianggap sebagai indikator ekstrovert atau tidaknya seseorang.
Kualitas pertemanan yang lebih baik
Sebelum mengetahui tentang definisi introvert ini, saya seringkali menebak kepribadian seseorang apakah dia introvert atau ekstrovert melalui perilakunya dalam bergaul dengan teman-teman. Saya menebak seseorang yang seringkali berada bersama dengan teman-temannya dan cukup mudah untuk bergaul dengan orang lain, namun ketika orang tersebut dites kepribadian MBTI, ternyata orang tersebut adalah introvert. Hal tersebut membuktikan bahwa tidak semua orang introvert tidak bisa bergaul dengan orang lain. Namun memang ada keterbatasan perilaku yang dimiliki oleh orang yang introvert dalam bergaul. Pada periode tertentu mereka (orang introvert) akan membutuhkan 'me time' atau waktu bagi dirinya sendiri baik itu untuk melakukan hal yang ia senangi maupun untuk berkontemplasi.
Hubungan seseorang yang introvert dengan orang lain cenderung lebih dalam dari pada orang yang ekstrovert. Hal ini terjadi karena kualitas hubungan jauh lebih penting daripada frekuensi pertemuan atau besarnya jumlah teman yang dimiliki--yang biasanya dipegang oleh orang yang ekstrovert. Melalui penelitian, kualitas pertemanan yang dimiliki oleh orang introvert melibatkan tidak lebih dari 4-5 orang. Lebih dari itu, biasanya kualitas hubungan tidak lagi dianggap intim dan tidak dianggap sebagai hubungan yang berkualitas.
Kemampuan berpikir lebih dalam
Selain itu, orang introvert juga lebih mudah menganalisa dan 'memainkan' suatu konsep abstrak di kepalanya dari pada orang ekstrovert. Hal ini terjadi karena kemampuan berkontemplasi yang melibatkan inner world di dalam diri lebih mudah dimainkan oleh seseorang yang introvert dari pada yang ekstrovert. Orang introvert akan lebih mudah mengelaborasi suatu perasaan atau konsep dengan pengetahuan yang ada di dalam dirinya. Memang, hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi/ IQ orang tersebut. Kemampuan berpikir, juga merasakan, secara lebih 'sensitif' dapat dirasakan oleh s
eseorang yang introvert. Namun hal ini bisa menjadi suatu hal yang berbahaya apabila tidak dikontrol dengan kemampuan manajemen emosi yang baik. Oleh karenanya, untuk posisi tertentu dalam suatu perusahaan, orang introvert akan lebih produktif dari pada orang ekstrovert, misalnya dalam posisi analyst, atau specialist, yang melibatkan kemampuan berpikir dan concepting. Namun tetap, keberhasilan seseorang dalam bekerja tidak bisa dilihat dari jenis kepribadian introvert atau ekstrovertnya. Banyak aspek lain yang berpengaruh terhadap kinerja seseorang.
Lebih mudah menemukan kebahagiaan
Siapa bilang orang ekstrovert lebih mudah bahagia dari pada introvert? Justru, orang-orang yang introvert lebih mudah menemukan kebahagiaan dari pada orang ekstrovert. Tidak perlu usaha yang lebih untuk membuat pesta, atau bertemu teman-teman di luar atau apapun untuk memperoleh kesenangan. Orang-orang introvert cukup menyendiri dengan bukunya, menonton film kesukaannya, atau melakukan hobi nya yang lain (dan biasanya hobi nya sederhana karena tidak memerlukan usaha yang besar untuk melakukannya) untuk menemukan kebahagiaan. Toh antara orang ekstrovert dan introvert tetap memiliki tujuan yang sama : bahagia.
Tidak perlu malu menjadi introvert. Banyak orang sukses yang memiliki kepribadian introvert, sebut saja Steve Jobs, Bill Gates, Oprah Winfrey, bahkan professor Einstein. Introversion bukanlah penentu keberhasilan seseorang melainkan salah satu bekal yang diberikan Tuhan untuk kita menjalani tujuan hidup sesuai dengan kebutuhan kita di dunia.
Selamat malam mbak, perkenalkan saya hartono, senang ada yg menulis topik introvert, saya seorang introvert, saya mau menanyakan sesuatu mbak, dalam dunia kerja bukankah setiap perusahaan mencari seorang ekstrovert...bagaimana seorang introvert misalnya dalam tes psikotes apakah seorang introvert harus jujur dalam mengikuti psikotes (contoh tes papi)? Bukannya dengan menunjukkan sifat introvert alan otomatis mendikualifikasi seorang introvert?
ReplyDeleteMohon pencerahannya mbak...terima kasih.