Blog ini berisi tulisan dan artikel menarik seputar Pengelolaan Sumber Daya Manusia, Psikologi serta Dunia Kerja.
Mari berbagi ilmu dan pengalaman anda di sini!

Thursday, January 28, 2016

Merosotnya Harga Minyak Dunia dan Impact nya Bagi Perusahaan


Pada pertengahan Januari 2016, harga minyak dunia mengalami nilai yang paling rendah dalam satu dekade terakhir yaitu sebesar sekitar $25/ bbls saja. Bayangkan bagaimana perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi harus struggle di pasar yang tidak bersahabat ini. Lapangan-lapangan tua yang membutuhkan cost lebih besar dari harga jual dalam proses produksinya harus melakukan langkah yang fundamental agar tetap mendapatkan profit.  Bila tidak, mereka tidak akan bisa memenuhi biaya operasional yang besar dan terpaksa gulung tikar atau menempuh jalan lain. Beberapa perusahaan raksasa lain terpaksa merumahkan ribuan karyawannya, sebut saja BP, Chevron, Schlumberger, Halliburton dan Baker Hughes, dilansir dari Forbes.com merumahkan setidaknya total 200.000 karyawan karena turunnya harga minyak ini.
Perusahaan eksplorasi produksi migas, atau yang lebih awam kita dengar sebagai bisnis 'upstream' atau 'hulu' sangat berkaitan dengan cost produksi per barrel. Oleh karena itu, singkatnya bisnis ini dilihat dari berapa profit yang dihasilkan dari pengurangan harga jual terhadap Cost Perbarrel. Bagaimana peran karyawan migas dalam menyikapi hal ini?

Oil and gas business, high cost, high risk... and should be high profit.

Meskipun harga minyak dunia dan profit yang kita harapkan tidak bisa kita kontrol secara langsung, namun sebagai karyawan kita harus tetap berkomitmen untuk mengejar target produksi yang telah disepakati.  Awal tahun adalah masa yang tepat bagi management untuk menyusun strategi bisnis perusahaan. Selama management memiliki visi misi yang mereka yakini, kita harus tetap berkomitmen untuk mengoptimalkan usaha kita bekerja dengan maksimal. Mengingat harga penjualan tidak akan seperti dulu lagi (pernah mencapai $ 109/bbls, dan terus merosot sampai 70%), perlu dilakukan efisiensi dari segala bidang tanpa terkecuali. Cost produksi dan eksplorasi di surface dan subsurface dapat dipastikan menjadi pengeluaran utama dari core business kita, namun tentu saja harus ada penekanan cost dari sisi lainnya baik itu pengadaan/ supply chain management, surface facilites, bahkan Human Resource dari segala lapisan.

Optimalkan potensi yang ada dan jangan gunakan sumber daya tambahan yang akan menimbulkan cost tambahan lagi. Pangkas inefisiensi yang dibiarkan terlalu lama dalam perusahaan. Bahkan, saat ini merupakan periode yang tepat bagi suatu perusahaan migas untuk mengevaluasi anggaran dan pengeluaran yang ternyata bukan prioritas.  

Selain usaha yang dilakukan tersebut, perusahaan harus tetap memperhatikan pengembangan karyawannya. Dengan menurunnya harga minyak dunia, tidak berarti bahwa pengembangan sumber daya manusia dapat ditinggalkan. Justru ini merupakan periode yang tepat untuk memberi challange baru bagi karyawan agar dapat lebih optimal memberikan kontribusi yang terbaik bagi perusahaan. Engangement pekerja dapat diuji dan dapat dijadikan acuan pencapaian kinerja dalam memberikan penilaian akhir. 

Isu merosotnya harga minyak dunia bukanlah lagi menjadi skala nasional, oleh karena itu memang diperlukan pemahaman dan sosialisasi yang lebih menyeluruh kepada seluruh lapisan pekerja perihal pengelolaan bisnis yang lebih efektif dan efisien. Bisa jadi di tahun-tahun mendatang, profit perusahaan migas bukan lagi primadona. Namun kompetensi dan ilmu pengetahuan tentang migas diyakini akan tetap esklusif dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.